“Hai mbak… selamat datang di pengolahan salak Cristal,” sapaan penuh keramahan dari Sri Sujarwati menyambut gue dan tim saat kami mendatangi rumahnya yang luas di jalan Salak, Sleman Yogyakarta.
Setelah disambut dengan penuh keramahan, gue kemudian disuguhi segelas bubuk kopi dari biji salak yang diolah dengan cara sederhana, namun tidak mengurangi kenikmatannya. Bahkan, ngga terasa kembung usai menyeruputnya.
Pertemuan dengan Sri Sujarwati membuat gue sangat bersyukur. Sosok inspiratif ini rasanya sangat pantas kalau gue juluki Srikandi Salak dari Sleman. Apa pasal?
Tak pernah terbayang dalam benak Sri ketika harus kembali ke kampung halamannya di Sleman, Yogyakarta dan menekuni usaha pengolahan salak. Perempuan yang memiliki banyak anak asuh ini dahulu bekerja di sebuah maskapai penerbangan asing, Sri bahkan sempat tinggal beberapa lama di negara Timur Tengah. Namun, kepulangannya ke Sleman membuatnya tergugah untuk memanfaatkan potensi berlimpah daerah ini, salak!!!
Dengan bantuan pasangan, rekan serta sejumlah tetangganya, Sri kemudian memulai usaha pengolahan salak yang diberi nama Cristal. Awal 2010 ketika hendak memulai usahanya, Sri telah mengeluarkan uang hingga 150 juta rupiah yang digunakannya untuk membeli peralatan, stok bahan baku hingga kemasan.
Sayang, niat mulia untuk mengangkat harga jual salak ini kemudian membuatnya harus melewati ujian yang tak mudah. Barang-barang serta bahan bakunya tertimbun debu akibat erupsi merapi. Hampir tiga bulan niatan Sri untuk memulai usahanya tertunda. Maka tak heran jika sebutan Cristal yang diusungnya seringkali dipelesetkan menjadi Krisis Total.
Tapi, menjadi korban dari erupsi merapi tak mematahkan semangatnya. Sri masih merasa bersyukur luar biasa karena keluarganya selamat. Setelah membersihkan dan memperbaiki rumahnya, Sri kemudian memulai usahanya. Yang menjadi andalannya adalah alat yang disebut vacuum fryer yang bisa menggoreng salak dengan kapasitas lima kilogram.
Cara pengolahan kripik salak sesungguhnya tergolong mudah. Salak yang telah disortir kemudian dikupas kulit arinya dan kemudian dipotong-potong. Setelah itu kemudian dicuci dengan air bersih dan ditiriskan sebelum masuk ke vacuum fryer. Setelah digoreng lebih dari satu jam, salak kemudian menjelma menjadi keripik salak dan beratnya susut hanya menjadi satu kilogram saja. Makanya, terbayang dong kalau harganya agak mahal. mengingat prosesnya dan bahan bakunya yang tergolong mahal.
Setelah diproses, salak kemudian dikemas dalam plastik khusus dan keripik salak Cristal siap dijual dengan kemasan 50 gram dan 80 gram.
Dari pengalamannya, Sri Sujarwati tak hanya mengolak salak menjadi keripik, tapi juga menjadi asinan, manisan, sari buah salak, lumpia, dodol, wajik, bahkan yang terbaru adalah bubuk kopi dari biji salak yang terbukti mengurangi gula darah, hipertensi dan memiliki sejumlah manfaat kesehatan lainnya.
Kenapa Sri Sujarwati patut diacungi jempol? Karena beliau tak pantang menyerah. Dengan usahanya, perempuan energik ini merangkul penduduk sekitar untuk mengolah salak, untuk meningkatkan harga jual salak. “Saya sedih, kalau panen raya salak harganya murah sekali. Makanya diolah seperti ini agar harganya ngga turun banget,” jelas Sri.
Berkat usaha dan kerja kerasnya, pengolahan salak Cristal milik Sri Sujarwati dikenal luas. Tak hanya itu, perempuan berusia lima puluh tahun ini juga kerap menerima tamu dari seluruh Indonesia yang tertarik mempelajari usaha pengolahan salak miliknya.
Tertarik untuk membeli produk olahan salak Cristal? Silahkan menghubungi Sri Sujarwati di alamat :
Keripik Salak Cristal
Jalan Salak Km. 5,5 Kembang Arum
Donokerto Turi Sleman Yogyakarta
Nomor Telepon: +62858 6837 9492
salut sama perjuangan mbak sri,paling suka olahan kripik salah,harumnya nggak nahannn^^
Wow salut sama orang inspiratif begini, sayang jumlahnya gak banyak padahal sumber daya alam kita melimpah loh 🙂
Penasaran juga sama kopi dari biji salak nya, unik 🙂
baik bgt ya beliau. ngga pelit sama ilmu 🙂
Penasaran ama kopi dr biji salak ini…rasanya kayak kopi biasa apa gimana Mez?
Kayak kopi tapi smooth banget, enak!!!!
dari Sleman untuk Indonesia
Salah sudah bukan buah khas Sleman lagi.
Dimana-mana orang nanam salak..
Kesalahan yang sudah dari awal.
penjualan bibit salak ke luar daerah menurut saya adalah sebuah KESALAHAN BESAR.
Dari saya kecil sapai sekarang, salak harganya rata-rata Rp.3000
Kasihan petani salak.
Pedagang masih relatif lebih untung
dengan adanya kami harga jual salak naik terutama buahnya,
Selamat pagi mbak Sri,
Wah….kaget juga nih krn sdh sekian lama, janjinya akan mengembalikan dana +/- 1 jt an ( dari uji coba jual-beli dodol salak ) dengan produk kripik salaknya ngak datang2. Janji mbak bulan Januari tp sdh mau Maret produknya belum juga sy trima, gimana nih. Sebagai rekanan utk membantu memasarkan produk2 mbak di luar daerah, sy pribadi kecewa juga, karena perintisan yg sy awali ngak ada titik terangnya. Kalau tidak keberatan, jika produknya ngak ada dipulangkan aja dana tersebut mbak. Trimakasih, semoga sukses berkarya
Salam,
Stephanus