Rumah Memez

Cerita Memez

Dari Kehangatan Secangkir Teh

Photobucket

Teman adalah keluarga yang kita pilih. Dan teh melengkapi kehangatannya

Status BBM seorang teman- Vikth- membuat saya merasa beruntung. Beruntung bisa bergabung dengan  teman-teman di komunitas Pecinta Teh, yang baik dan menyenangkan. Betapa tidak, empat hari bersama di Solo, membuat saya full ketawa dan happy.

Ini adalah kali pertama saya benar-benar serius bergabung di sebuah komunitas. Mulai dari Facebook, milis sampai BBGroupnya saya ikuti. Makanya, saya tak diliputi keraguan sedikitpun saat mendaftarkan diri untuk ikut kunjungan Pecinta Teh ke Solo pada 12-15 Oktober lalu. Kenapa Solo? karena di Solo bertepatan dengan hajatan Solo International Tea Festival.  Selama empat hari, saya  banyak mendapatkan pengalaman yang tentu saja berharga. Sayang, di hari terakhir saat hendak kembali ke Jakarta saya kena tulah karena terlalu sering meledek orang….

Rombongan pecinta teh yang ikut ke Solo sekitar 20 orang, ada beberapa orang yang sejak sehari sebelumnya sudah berada di Solo. Sementara saya dan lainnya baru berangkat hari jumat, 12 Oktober. Dengan lion air yang tumben tidak menunda keberangkatannya, kami tiba di kota Solo yang hari itu udaranya sangat panas. Setelah menaruh barang di hotel Grand Orchid, rombongan langsung menuju pabrik teh PT Gunung Subur, yang dimiliki oleh Bu Lily Gunawan, salah seorang anggota komunitas teh.

Di sini kami berkesempatan melihat proses pembungkusan teh secara manual, pakai tangan. Bagaimana prosesnya? RIBET dan RUMIT pastinya. Saat melihat proses pembungkusan, saya menjadi jauh bersyukur memiliki pekerjaan yang cara kerjanya fleksibel dan saya jadi lebih menghargai sebuah kemasan teh. Di sini juga saya diajarkan cara membungkusnya, sampai mau nangis karena  susah banget, dan kira-kira setelah lima menit baru selesai. Sementara, para pekerja disini hanya butuh waktu  30 detik untuk membungkusnya.

Dari bagian pembungkusan, kami pun beralih ke bagian belakang pabrik, untuk… makan!!!! tentu saja dengan makanan khas solo. Ada selat solo juga sate tempe, enakkk bgt.

Dari pabrik Gunung Subur,acara dilanjutkan dengan mengunjungi acara Expo di balai kota Solo dan kembali ke hotel. Malanya, diundang acara makan malam di Loji Gandrung, yang merupakan rumah dinas Walikota Solo. Sayang, pak Jokowi ngga ada karena berada di Jakarta.Di Loji Gandrung, selain disajikan makanan angkringan, juga disajikan beberapa makanan hasil karya pemenang lomba masak yang  menggunakan teh sebagai campuran. Ada juga nasi liwet yang disajikan dengan menggunakan tangan si penjualnya. Iya, jadi nasi, ayam dan bahan-bahan lainnya disajikan dengan tangannya tanpa menggunakan alat bantu. Rasanya, enak pastinya.Acara di Loji Gandrung menjadi penutup acara hari pertama Pecinta Teh Goes to Solo. Sempat ada yang mengajak ke gudeg ceker yang bukanya dinihari, tapi sudah kecapekan. Dan serunya, saat di hotel, ada yang buka kedai teh dadakan, di kamar 404. Teh yang harganya muahal, dikeluarkan semua, diobral siapapun boleh mencicipinya. Makanya, betapa baiknya kan? karena teh itu lebih enak dinikmati beramai-ramai, kalau sendirian ngga enak.

Hari Kedua, Sabtu 13 Oktober 2012

Cuaca di Solo benar-benar panas. Pagi-pagi, jam 6 saja sudah begitu terik matahari menyengat. Sendirian, saya melangkahkan kaki ke pasar Jadipolo. Kenapa pasar? karena biasanya di pasar-pasar tradisional begini bisa menemukan sarapan yang enak dan murah-meriah. Naik becak dari depan hotel bayarnya 10ribu. Sarapan pecel, gorengan dan teh manis panas lima ribu perak saja.

Hari ini aktivitasnya dimulai dengan ke Omah Sinten, awalnya mau berfoto dengan Bapak Jokowi, tapi yang ditunggu tak kunjung datang. Akhirnya kita ke Laweyan, kembali mengunjungi Batik Putra Laweyan yang pernah saya kunjungi bersama Miswa saat honeymoon pertama. Beli kemeja batik dan oleh-oleh disini. Selain itu juga sempat mencicipi root beer dan sarsaparila. harganya? tiga ribu perak!!!

Setelah dari Laweyan makan di Bakmi Toprak. Rombongan pun terpecah, ada yang melanjutkan ke Expo, ada yang balik ke hotel. Sementara saya melanjutkan wisata kuliner ke Selat Solo Vien.

Malam harinya ada pembentukan komunitas pecinta teh di Wedhangan Pendopo. Acaranya seru dan ramai. Terasa benar bahwa teh bisa menciptakan kehangatan. Salut buat helen, dan Bu Danik yang menyusul ke tempat ini.

Acara malam kedua diakhiri dengan makan di Galabo. Sayang tempatnya kurang nyaman, walaupun makanannya cukup enak dan lagi, murah meriah.

Hati Ketiga, Minggu 14 Oktober 2012

Setelah sarapan, kita meluncur ke kebun teh Kemuning, yang akan dilanjutkan ke  Candi Cetho. Suasana yang sejuk membuat saya terhibur walau haru melewati  jalan yang  berkelok-kelok. Sempat berhenti di tempat minum teh Ndoro Donker. Tempatnya nyaman. Sayang ngga bisa singgah karena belum buka.

Di Candi Cetho perjuangan banget untuk naik ke atasnya, lantara tangganya yang begitu banyak. Ketika sampai di titik tertinggi lega banget lantaran cuacanya yang makin sejuk seakan menjadi penawar saat kelelahan yang dirasakan saat menaikinya.

Perjalanan dilanjutkan dengan makan siang di Pecel Bu Ugi di daerah Tawang Mangu. Kemudian dilanjutkan acara ngeteh di Villa milik Bu Lily di daerah Tawang Mangu. Teh yang dicoba cukup banyak. Saat mencoba teh, saya merasakan kehangatan dari sebuah persahabatan.

Kalau sudah ngeteh, pasti lupa waktu. Maka, jelang maghrib rombongan kemudian kembali ke Solo. Sebelumnya sempat mampir ke river hill, tempat yang biasa digunakan untuk retreat. Tempatnya luas banget. Karena kelelahan saya memilih beristirahat menikmati sore. Sempat ada insiden, Kong Jul terpeleset di kali hingga memar di pipi dan gadgetnya basah semua. Sebelum kembali ke hotel, makan malam dulu di gudeg Ayu.

Malam terakhir di Solo, saya mengajak beberapa teman untuk berkaraoke. Kamipun tercengang saat Haruna-teman dari Jepang- menyanyi dengan begitu merdunya. Pulangnya kami naik taksi Avanza ke hotel, hanya 12 ribu saja.

Last day, Senin 15 Oktober 2012

Karena hari terakhir, it’s time for oleh-oleh. Sementara itu masyarakat Solo tengah gembira bercampur sedih. Hari ini Jokowi dilantik sebagai Gubernur DKI Jakarta. Tidak heran jika di Pasar Gedhe, masyarakat tumpah ruah untuk merayakan sekaligus melepasnya. Saya sempat bertemu dengan teman-teman tvOne biro Jogja yang tengah siaran langsung dari tempat ini. Selain di Pasar Gedhe, tempat lain untuk beli oleh-oleh adalah Orion. Saya membeli sejumlah oleh-oleh untuk kerabat.

Dari Orion sempat mampir ke sate kambing, trus lanjut ke Pabrik Gunung Subur lagi untuk farewell lunch. Artinya, makan siang lagi… -yang di Sate kambing tadi cuma ngemil dan icip-icip :p –  Dari Pabrik GS, lanjut ke bandara karena penerbangan ke Jakarta menanti.

Sempat terjebak macet saat di asrama haji, tapi lewat jalan alternatif di bandara. Saat di mobil, saya, Bu Brenda, Ci Ferly, MasBud, Ko Se Tjie dan Kong Jul tertawa terus menerus. Namun, saya memilih menyudahi karena biasanya ada sesuatu yang menimpa saya. Eh ternyata, benar saja. Kopor saya tertinggal di hotel. Beruntung pihak hotel sigap dan langsung mengantarkannya ke Bandara, no charge. Terus terang saya tak panik, karena saya pernah mengalami hal serupa saat ke Mesir, eh kopornya malah tersasar ke Mekkah. Di Bandara sempat bertemu dengan Elvis Solo 🙂

sampai di Jakarta, Lion Air  tepat waktu. Dan saya merasa jauh lebih nyaman ketimbang sebelumnya. Sebuah perjalanan bersama teman-teman komunitas Pecinta Teh membuat saya menemukan kebahagiaan lain.

 

2 Comments Dari Kehangatan Secangkir Teh

Comments are closed.