Sudah dua bulan belakangan ini, hidup saya berubah.
Bisa dibilang berubah 180 derajat,
Yang tadinya saya bisa cuek kalau ngga masak, pulang kerja jam berapa aja, belanja apa aja….
Sekarang ngga bisa seenaknya kayak gitu loh,
karena saya,
Mendadak jadi Ibu….
Jadi ceritanya gini, suami kan punya adik kandung, yang mana anak-anaknya memang relatif sering menginap di rumah kami. Salah satu anak lucu dan menyenangkan itu, namanya Resky. Keponakan suami yang umurnya hampir sepuluh tahun. Resky sering banget menginap di rumah, sering bepergian sama saya dan suami. Bahkan, waktu mudik Lebaran tahun 2017 silam, Resky dan adiknya diasuh saya dan suami hampir sepuluh hari lamanya….
Habis beli sarapan di Gili Trawangan, Juni 2017
Nah, ngga tahu kenapa, empat – lima bulan silam, Resky selalu bilang mau sekolah di rumah kami. Sejujurnya, saya hanya menganggap angin lalu ya, namanya anak-anak mungkin kadang kepingin sesuatu trus lupa deh. Tapi, keinginan ini akhirnya terus menerus dia ucapkan, sampai akhirnya saya dan suami menganggapnya serius. Tapi, tentu saja kami ngga bisa seenaknya mengajak Resky untuk pindah ke rumah. Perasaan Ibu kandungnya, yang adalah adik ipar saya, harus kami nomorsatukan. Saya dan suami, terutama Saya sih, sadar benar bahwa :
Posisi Seorang Ibu Kandung Tak Akan Tergantikan
Maka, suami pun minta izin ke adiknya, yah obrolannya sih ngga yang formal banget, tapi intinya kami serius menunjukkan itikad baik kami untuk membantu mengasuh Resky. Apalagi, anaknya juga semangat banget. Kok Ibunya mengizinkan anaknya diasuh bukan oleh dirinya? Ada banyak alasan, intinya buat kebaikan suami. Dan saya juga suami menjamin, Resky juga ngga akan kehilangan kontak dan kasih sayang dari Ibunya kok….
Setelah izin didapat, akhirnya saya dan suami mulai membiasakan Resky dengan lingkungan rumah kami. Salah satu yang pertama kami lakukan adalah membongkar kamar yang selama ini jadi gudang, dan menyulapnya menjadi sebuah kamar yang nyaman. Mulailah dengan belanja kasur, lemari, meja belajar, AC dll yang walaupun menguras kantong, tiba-tiba rezekinya ada aja. Sepertinya Resky memang membawa rezeki buat kami…. Aminnnnnn.
Karena Resky sudah cukup besar, sesungguhnya saya ngga terlalu repot mengasuhnya. Dia bisa mandi sendiri, makan sendiri, belajar bahkan memiliki inisiatif yang bagus saat hendak beribadah #BanggaSaya. Tantangan saya, justru bagaimana mengajarkan disiplin dan ketertiban padanya yang bisa dibilang…. penuh tantangan 🙂
Dengan posisi baru sebagai Ibu ini, yang saya lakukan pertama adalah….. Belajar menahan emosi. Maklum ya, selama ini saya kan orangnya straight to the point, ngga suka yang menye-menye, dan maunya segala sesuatu selesai dengan cepat, benar dan efektif. Bukan cuma Resky yang belajar, tapi sesungguhnya saya yang belajar dari anak ini.
Dari banyak hal baru yang saya rasakan, ini dia pelajaran dari menjadi seorang Ibu :
-
Menahan Emosi
Maafkan saya para Ibu-Ibu yang suka curhat-curhat di medsos, sejujurnya dulu saya suka ngebatin, kok sama anaknya ngga sabar ya, kok suka marah ya, kok tega ya mukul anaknya. Ternyata, belajar menahan emosi memang ngga mudah ya. Saya sih sejauh ini belum pernah marah-marah kayak saya marah sama orang dewasa. Tapi… menahan volume suara kalau mau marah, masih saya pelajari banget. Akhirnya saya dapat solusi, kalau mau menegur Resky (Bukan memarahi ya) saya tarik nafas dulu, dan memberitahukannya dengan pelan sambil menatap matanya. Trus, saya minta dia untuk mengulang-ulang apa yang saya sampaikan padanya. Alhamdulillah cukup berhasil….
2. Manajemen Waktu
Huhuhuhuhuuuu ini yang bikin saya pernah pingin nangis sendirian dan merasa ngga berguna. Jadi, saya kan kerja pagi buta banget, jam 4 pagi kudu sudah berangkat. Sementara Resky kudu Les, kudu latihan bola. Jujur saya sempat galau, ini dia kali ya yang bikin banyak ibu-ibu pingin resign dari kerjaan demi bisa menemani anaknya. Beruntung saya, ada adik saya yang walaupun cowok, bisa membantu untuk mengawasi dan mengantar Resky. Ke depannya sih, saya lagi cari Mbak untuk menemani Resky sampai saya pulang kerja. Eh… ada suami juga sih kalau pagi hari yang bisa menemani Resky sampai Pak Suami berangkat kerja. Makanya, sekarang saya sebisa mungkin mengatur janji meeting, atau menghadri acara dengan efisien banget…
3. Tegas Tapi Bukan Galak
Saya dibesarkan di keluarga yang cenderung disiplin dan orang tua saya mengasuh dengan keras dan galak. Karena itu, saya ngga mau anak saya dibesarkan dengan seperti itu. Tapi, ada banyak hal-hal positif dari pola didik dahulu yang saya terapkan juga sih. Misalnya, saya menerapkan ke Resky bahwa baju yang habis dipakai harus diletakkan di cucian kotor, Handuk harus digantung atau dijemur, atau kalau jelang maghrib harus berhenti main dan sudah ada di rumah. Alhamdulillah banget anak ini cukup mengerti kenapa saya mendidiknya demikian. Ibu mertua saya sampai heran kok Resky jadi berubah begini hahahahahaha….
4. NO Gadget!!!!Â
Saya adalah orang yang paling sebel kalau lihat anak kecil main gadget di rumah saya. Meski pakai handphone dua bijik dan komputer kerja di rumah ada beberapa, saya melarang Resky bermain gadget apapun bentuknya. Terserah saya dibilang norak, katro atau ketinggalan zaman, gpp lah…Kan bisa dibatasi? Iya sih bisa. Tapi, sejauh ini mendingan ngga usah main gadget sama sekali. . Satu-satunya akses Resky bermain komputer adalah ketika mengerjakan PR Bahasa Inggris, itu juga masih dalam pengawasan saya atau suami. Setelah mengerjakan PR Bahasa Inggrisnya, saya biasanya mengizinkan Resky mengakses Youtube seputar sepakbola, maksimal 15-30 menit aja.
Sebagai gantinya, saya membiarkan Resky main di luar rumah. Biasanya sih dia main bola di lapangan dekat rumah. Memang sih saya beruntung banget tinggal di komplek perumahan kecil yang masih ada fasilitas untuk anak-anak bermain.
5. Mendengarkan Suara dan Keinginan Anak
Karena Resky sudah cukup besar untuk tahu apa yang dia mau, saya dan suami ngga bisa memaksakan Resky untuk mengikuti kegiatan atau aktivitas yang dia ngga mau. Misalnya nih, dia suka banget main bola. Makanya kita ikutkan Resky ke Sekolah Sepak Bola. Sebaliknya, kami pernah menganjurkannya untuk ikut les renang, karena dia ngga mau, makanya saya ngga mau memaksakan.
Ngga Mau Les Renang, Tapi Hobi Banget Berenang
Tapi… ngga melulu mendengarkan suara anak aja sih. Ada posisi tawar menawar juga. Karena Resky sudah mendapatkan apa yang dia mau, dalam hal ini Sekolah Sepak Bola. Maka, Resky juga harus mengikuti Les Matematika dan Bahasa Inggris yang merupakan kewajibannya ya…. Saya bahkan sampai bertanya dahulu ke Resky saat mau bikin jadwal kegiatannya hahahahhahaa….
Sejujurnya, kehadiran Resky dalam kehidupan saya dan suami bikin kami tambah bahagia. Bukan berarti kami ngga bahagia ya berdua saja…. Tapi, kami jadi makin semangat dalam hal… cari duit. Maklum ya, ternyata kehadiran anak itu bikin kami menghadapi realita hidup dalam mengatur keuangan hahahahaha…….
Memang sih Ayah dan Ibu punya peran sama penting dalam pengasuhan anak, tapi menurut saya, seorang Ibu kunci utamanya. Makanya, sekarang saya ngga bisa seenaknya jajan, main-main dulu kalau pulang kerja kayak dulu, dan jalan sama teman-teman hahahahahhaa….
Bayangin aja, abis kerja seharian, pulang ke rumah malam, trus jam sembilan malam PRnya belum dikerjakan, belum ada makanan buat sarapan besok, plus klien minta dikirimin revisi kerjaan. Duh…. luar biasa memang peran seorang Ibu.
Tapi, menjadi seorang Ibu itu memang never ending journey ya. Walau kelihatannya lelah, menguras emosi, kebahagiaan seorang anak jadi penawarnya….
Lelah saya setelah bekerja seharian, kemudian reda seketika ketika Resky bilang, “Bun, tadi aku waktu latihan Bola ngegolin loh…” atau ketika dia bilang, “Masakan Bunda enakkkkk banget,” sambil merem melek dan mengacungkan jempol hahahahahahaha….
Buat Mamah-mamah, sharing dong cerita serunya menjalani peran sebagai seorang Ibu…
Welcome to the motherhood.
Pengen ketemu Rezky jadinya. Nanti bisa ajak main bola Gie ya.
Asseekkkkk… yuk kita playdate 🙂