Kalau pepatah dulu,
Mulutmu adalah harimaumu, yang siap menerkammu kapan saja.
Zaman sekarang pepatahnya berganti,
Jarimu adalah harimaumu yang akan menerkam kalau salah salah kata…
Iya, dan belum lama gue mengalami itu, gegara status facebook gue…
Gue termasuk orang yang sering menggunakan media sosial. Untuk kepentingan apapun. Mulai dari riset, cari narasumber untuk pekerjaan gue, belanja, update info, sampai….. kepo!!!
Gue juga suka memasang foto, misalnya lagi melakukan aktivitas tertentu, atau sudah melakukan aktivitas tertentu, atau misalnya mengomentari sesuatu.
Belakangan, hal itu lebih banyak gue lakukan di facebook. Karena apa? karena gue lebih tahu dan kenal siapa yang menjadi teman-teman gue di Facebook. Karena kan kalau di twitter atau Instagram, kurang asyik menurut gue, dan gue juga kurang kenal siapa yang follower gue di sana.
Nah… suatu hari, seorang istri dari sahabat gue memasang foto anaknya yang sedang berolahraga, dan tentu saja menyanjungnya. Eh… karena sahabat gue ini perokok kambuhan yang gila-gilaan, gue pun mengetik komentar di akun facebooknya “Wahhh…hebat ya, anaknya sudah pintar begini. Harusnya bapaknya juga mengikuti jejak anaknya hidup sehat. Berhenti ngerokok yuk sekarang juga,”
Ngga pakai lama, sahabat gue langsung menelepon gue dan menegur gue dengan keras. “Lo ralat ya omongan lo, keluarga gue ngga ada yang tahu gue merokok lagi. Please…jangan sampai ini jadi penyebab ribut gue sama istri,”
PEDIH. IYA GUE PEDIH BANGET.
Gue merasa sudah jauh melangkah dan mencampuri urusan rumah tangganya. Gue pun kemudian meralat komentar gue di status facebooknya, walau dalam hati gue perih banget. Karena apa? Karena gue jadi berbohong. Bahkan sama istrinya sahabat gue :(((
Kali kedua, gue makan sama teman-teman kantor gue. Nah…gue memotret teman gue yang kalau patungan tuh dikiittttt banget. Betapa luar biasanya, dengan modal goceng bisa makan sate, tongseng, gule, minum teh botolan, Gue menulis status di facebook, yang buat gue hanya jadi lucu-lucuan saja.
TAPI TERNYATA NGGA JADI LUCU.
Teman gue marah. Karena apa? Dia sih ngga marah kalau disebut pelit dan sebagainya. Tapi… karena status itu bisa dibaca sama teman-temannya, sama mahasiswanya. (Dia kebetulan jadi dosen juga) Setelah seminggu berlalu, dia meminta gue mencabut foto itu. Ya… gue lakukan sambil gue meminta maaf. Trus apakah dia memaafkan gue? Ngga tahu, yang jelas mukanya masih asem kalau ketemu gue. Tapi ini kan memang resiko yang harus gue terima…
Sosial media memang kadang bikin gue lupa. Gue suka upload foto kebersamaan, atau apapun yang menurut gue lucu, asyik atau konyol, tapi kadang lupa kalau foto itu punya efek yang berbeda buat orang lain yang ada di dalamnya.
Dua kejadian itu bikin gue selalu ingat, kalau gue mau upload foto, gue selalu tanya sama orang-orang yang ada difoto itu. Boleh ngga diupload, keberatan ngga kalau diupload? Kalau dapat izin baru deh gue upload.
Seperti yang gue lakukan sama teman-teman gue di gank Mamouz. Misalnya kita foto, ada anaknya Ayu, Yeye atau Mia, kita selalu tanya satu sama lain, boleh ngga foto itu diupload. Gue sendiri belakangan pakai filter di Facebook, foto mana saja yang boleh tampil di timeline gue. Atau sepertinya memang harus punya handphone canggih yang bisa tahu foto mana yang boleh diupload? #AhIniSihAlasanGue
Kalau kamu bagaimana, pernah punya pengalaman soal pasang status atau apapun di sosial media? Cerita dong 🙂
Kalo poto upload sih memang saya selalu usahakan minta ijin sama orang yang di dalemnya. Kalo soal komen sekarang saya teh ati-atiii banget mau komen-komen. Sereem. Kecuali blog ya. Kalo mau komenpun baca dulu dong isi artikelnya. Hehehhee.
Setuju Dan, kadang yang dikomentarin suka berbeda tanggapannya. karena bahasa tulisan sama lisan kan beda. kalau bahasa tulisan suka dianggap nyinyir yaaa…
Memang bener mba Memez jaman sekarang itu jarimu adalah harimaumu apalagi kalau kita aktive di sosial media. Niatnya becanda kadang dianggap lain sama yang bersangkutn, jadi memang alangkah baiknya kita ijin dulu kalau mau upload sesuatu yg kiranya menyangkut orang lain karena kita nggak pernah tau apa yang mereka ingin perlihatkan didepan umum dan apa yang enggak. Kalau saya sendiri lebih sering jadi korban atau kadang suka agak terganggu dengan postingan orang yang cenderung vulgar, kasar dan sejenisnya.
Iya Mba sashy…makanya aku benar-benar tanya-tanya dulu kalau memang mau posting sesuatu yang ada orang lain di dalamnya.