Rumah Memez

Cerita Memez

“Hadiah” Itu Bernama Kanker Serviks

Beliau adalah sahabat terdekat, partner sekaligus “musuh” saya.  Kami sering berbeda pendapat, karena kami sadar dibesarkan dalam generasi yang berbeda Tapi, “beliau” selalu menghargai segala pendapat saya.

Beliau ini adalah Mamah saya. Perempuan hebat, yang bisa membesarkan anak-anaknya, tanpa pernah mengeluh. Tak pernah putus asa dengan sebesar apapun ujian menghadang kehidupannya.Maka, saat “beliau” dinyatakan menderita kanker serviks stadium IIb, terasa benar separuh nyawa saya seperti hilang.

Dua-tiga bulan belakangan, Mamah saya bercerita bahwa Ia mengalami “menstruasi” yang tak kunjung berhenti. Sesekali, menstruasi itu disertai dengan rasa mulas seperti kontraksi, yang membuatnya tak bisa beraktivitas. Saat mulas-mulas itu datang, selama 1-2 jam Mamah saya harus benar-benar beristirahat.

Bukannya saya tak curiga dengan rasa mulas yang belakangan dialami Mamah saya, tapi empat kali ke dokter, dengan dokter yang berbeda, hanya disimpulkan bahwa Mamah saya mengalami siklus pre menopause, yang membuat rahimnya dalam pembersihan. “”Hanya sekedar pembersihan sisa-sisa kok bu,” kata dokter yang saya temui saat itu.

Selama ke dokter, Mamah saya hanya diberi obat penghilang rasa sakit dan vitamin untuk hormonnya. Tiga hari setelah kunjungan terakhir ke dokter, Mamah saya terus saja mengalami rasa sakit pada perutnya. Bahkan, sampai pukul sepuluh malam saya membawanya ke UGD rumah sakit terdekat. Karena tak bisa dilakukan pemeriksaan secara spesifik, esok harinya saya menjadwalkan pemeriksaan pada dokter Obgyn dan kemudian pemeriksaan laboratorium.

Adalah dokter Valleria di Rumah sakit HGA Depok yang melakukan pemeriksaan kepada Mamah saya. Dari hasil tes laboratorium, diketahui bahwa hasilnya adalah kanker serviks stadium IIb. Saat dibacakan hasil pemeriksaan itu, Ya Allah, nyawa saya seperti hilang, sampai kaki rasanya tak menapak ke bumi. Tak terbayangkan bagaimana kanker ini bisa bersarang di tubuh Mamah.

Beruntung saya, dokter Valleria memberikan edukasi yang benar-benar menyentuh. Saya diminta untuk tidak khawatir dan bersabar menemani Mamah menjalani pengobatannya. Saya juga diingatkan, bahwa Mamah akan menjalani hari-hari panjang melewati pemeriksaan dan pengobatan. Saya diharuskan memompa semangatnya. Karena menurut dokter Valleria, sebagus apapun pengobatan yang didapatkan, akan percuma jika tak lagi bersemangat.

Senin, 17 Juni 2013

Hari ini ulang tahun Dea, adik kedua saya. Tak ada acara apapun, mengingat saya malah menitipkan keponakan-keponakan saya padanya. Hari ini, saya memulai sebuah perjalanan panjang dari pengobatan yang akan dilalui Mamah saya, yang Insya Allah akan ikhlas saya jalani. Saya memutuskan membawa Mamah untuk menjalani pemeriksaan di RSCM, selain biayanya tergolong terjangkau, pengobatannya juga lengkap. Dari surat rujukan yang diberikan dokter Valleria, saya diminta membawa ke Ginekologi Onkologi. Jam tujuh pagi saya sudah sampai di RSCM, dan mendaftar di bagian pendaftaran pasien baru, bercampur dengan ratusan masyarakat dari berbagai kalangan. Melihat mereka, saya seperti dipompa semangat lagi.

Untuk pendaftaran di RSCM gratis, namun untuk pemeriksaan di dokter ginekologi onkologi dikenakan biaya 85ribu rupiah. Dan saat diperiksa oleh dokter, Mamah saya akhirnya mengetahui tentang penyakitnya, beliau langsung shock, down dan menangis. Sungguh saya begitu sedih karenanya. Kami pun berusaha menguatkannya dan memberi pengertian bahwa kami akan melakukan dan berusaha yang terbaik demi pengobatannya.

Oleh dokter, kemudian diharuskan menjalani sejumlah pemeriksaan dan hari itu menebus obat sekitar 290ribu rupiah. Mamah diharuskan berpuasa sejak malam untuk melakukan pemeriksaan anuskopi keesokan harinya, dan diberi resep obat pencahar Dulcolax dan satu obat sirup, yang saya tebus seharga 83ribu di apotek dekat rumah.

Selasa, 18 Juni 2013

Hari ini Mamah menjalani pemeriksaan anuskopi, untuk memastikan tingkat penyebaran kankernya. Di lantai dua RSCM, saya sudah menunggu sejak pukul 6.30 pagi. Saya dan Mamah sengaja berangkat pagi karena mengantre. Mamah pun diharuskan berpuasa untuk menjalani pemeriksaan ini.

Kesabaran kami benar-benar diuji. Rasa mulas-mulas yang dirasakan Mamah kemudian tak tertahankan. Klinik sudah dibuka sejak pukul delapan pagi, namun Dokter belum datang . Hingga pukul 9.30, Mamah tak bisa menahan lagi sakitnya, akhirnya saya meminta izin kepada suster agar mamah diperbolehkan minum obat.

Semangkuk zuppa soup akhirnya dimakan Mamah sebelum meminum empat macam obatnya. Kemudian, dokter yang datang pukul sepuluh pagi bergegas memeriksa Mamah saya.

Dari anuskopi ini dilakukan biopsi, yang kemudian diteliti di Patologi Anatomi RSCM –ruangan ini letaknya dekat kamar jenazah- untuk konsultasi dokter dikenakan biaya 65ribu rupiah, dan tindakan anuskopi ini dikenakan biaya 350ribu rupiah.

Pemeriksaan hasil biopsi di Patologi Anatomi dikenakan biaya 440ribu rupiah. Hari ini, saya diminta menebus resep antibiotic pendarahan sekitar 11 ribu rupiah. Selain anuskopi, hari ini Mamah juga menjalani pemeriksaan darah di laboratorium yang terletak di lantai tiga. Biayanya 275ribu rupiah

Rabu, 19 Juni 2013

Hari ini Mamah menjalani pemeriksaan sitoskopi, yaitu pemeriksaan di saluran kencing, yang lagi-lagi untuk melihat penyebaran kanker dan memeriksa apakah masih berfungsi dengan baik. Unuk pemeriksaan ini dikenakan biaya 302ribu rupiah. Berbeda dengan pemeriksaan anuskopi yang memerlukan waktu seminggu untuk pemeriksaannya, sitoskopi bisa langsung diketahui, dan Alhamdulillah hasilnya baik, dengan kata lain tidak ada penyebaran di sekitar saluran kencing.

Hari ini saya juga mendapatkan hasil tes darah, yang Alhamdulillahnya lagi normal. Selain itu, hari ini saya juga mendaftar untuk pemeriksaan rontgen Thorax, Abdomen dan IVP.

Jadi, mulai hari ini, Mamah hanya diperbolehkan makan bubur dengan kecap selama dua hari, dan pada hari Jumat akan melakukan rontgen. Selain itu, pada malam jumat Mamah harus berpuasa mulai pukul 11 malam.

Kamis, 20 Juni 2013

Hari ini, saya dan Mamah benar-benar beristirahat di rumah. Tiga hari pergi setelah subuh membuat kami kelelahan luar biasa. Apalagi Mamah yang benar-benar membatasi asupan makanannya.

Jumat, 21 Juni 2013

Hari ini Mamah melakukan pemeriksaan rontgen Thorax, Abdomen dan IVP. Di RSCM, kami menunggu di pavilion Kemuning, yang merupakan tempat pemeriksaan radiologi untuk pasien berbayar.

Untuk pemeriksaan itu, dikenakan biaya 853ribu rupiah. Mamah yang sebelumnya berpuasa, kemudian dibawa ke ruangan satu untuk pemeriksaan thorax dan abdomen. Pemeriksaan ini tak sampai sepuluh menit. Kemudian, Mamah dibawa ke ruangan empat. Menurut petugas, pemeriksaan akan berlangsung 1,5 – 2 jam.

Dua jam berlalu, namun Mamah belum juga keluar dari ruang rontgen. Saya sampai bolak balik ke ruangan untuk sekedar mengintipnya. Semangkuk sup ayam jagung yang saya beli di CFC sampai dingin.

Pukul sebelas lewat, Mamah baru keluar dari ruangan pemeriksaan. Saya bertanya mengapa sampai lama sekali, ternyata Mamah harus minum air sampai satu liter, dan kemudian dilakukan pengetesan fungsi ginjal, untuk memastikan ginjalnya masih dalam kondisi baik. Hasil rontgen sendiri baru bisa diambil pada hari senin.

Senin, 21 Juni 2013

Hari ini seminggu sudah saya dan Mamah mulai menjejakkan kaki di RSCM, untuk melakukan pemeriksaan dan proses pengobatan yang mungkin akan begitu lama. Agendanya, hari ini Mamah melakukan pemeriksaan kardiologi di poliklinik Jantung. Biayanya 150ribu rupiah.

Setelah pemeriksaan EKG,  Mamah diharuskan menjalani pemeriksaan Ekokardiologi /USG jantung, yang biayanya 450ribu rupiah. Gunanya adalah untuk mengetahui kondisi jantung. Karena ada beberapa obat saat kemoterapi nanti bisa berpengaruh pada jantung.

Selasa, 22 Juni 2013

Hari ini hanya kontrol dari seluruh pemeriksaan yang telah dilakukan. Kesimpulannya tetap harus dilakukan kemoterapi, dan Mamah memilih melakukannya usai Lebaran nanti.

“Hadiah” yang datang dari Mamah ini kemudian menjadi peringatan bagi kami, anak-anaknya. Mungkin, selama ini kami kurang memberikan perhatian, sehingga ditegur dengan kanker serviks. Semoga, kami semua kuat melewati “hadiah” ini dan tak akan pernah patah semangat.

 

24 Comments “Hadiah” Itu Bernama Kanker Serviks

  1. Desi

    Mba Memez….smoga mamah diberikan kekuatan dan semangat agar pengobatan berjalan lancar tanpa kendala apapun ya.

    Baca cerita ini, jadi inget dulu kejadian yang menimpa ibu aku. Beliau juga di vonis terkena kanker servick. Gejalanya persis sama seperti yang mba tulis.

    Dan pada akhirnya rahim ibu diangkat. Kejadiannya udah lama juga, sekitar taun 1994.

    Ibu aku menjalani pengobatan di rspad gatot subroto mba..

    Dan benar adanya, kita harus selalu kasih semangat, supaya bisa tenang menjalani berbagai pengobatan.

    Smoga mamah mba..segera di pulihkan kesehatannya ya… *peluuk*

  2. rintadita

    Semoga mba Memez dan Mamah selau dikuatkan. Mba memez juga tetep sehat ya biar bsia semangantin mamah terus. Semoga mamahnya mba Memez segera pulih…aamiin

  3. Indah kurniawaty

    *Hug Mbak Memez*
    Semoga diberikan kesabaran dalam menghadapi ujian ini ya Mbak…
    Dan semoga lulus dari ujian ini, Ibu Mbak Memez diberikan kesembuhan.
    Amin.

  4. dian_ryan

    mba memez, aku bacanya jadi inget ibuku :(,
    semoga mamahnya diberi kekuatan dan segera disembuhkan penyakitnya. Amin

    Salam kenal mba 😀

  5. isti

    Lagi BW, baca cerita di atas jadi terharu en jadi inget mama di rumah Malang. Jadi kepikiran juga kalo Mama kenapa-kenapa aku kudu gimana cos aku di Jakarta.
    Moga mamanya cepet sembuh ya, Mba…

  6. puspasari

    mba memez, i feel you.. cuma skr ibuku sdh berpulang 🙂 support keluarga memang sangat berharga, sepertinya kami juga ikut merasakan pedihnya..

    stay strong buat mama mba memez, dan semua keluarga mba memez..

    saya doakan yang terbaik, aminnnn 🙂

  7. zata

    mba memez..
    smoga semua berjalan lancar ya dan mamah cepet sembuh. baca artikel ini jadi pengingat bwt saya untuk lebih peduli sama ortu tanpa hrs nunggu ada apa2 dulu. makasih sharing-nya ya..

  8. Pingback: Demi Sehat Dan Langsing | Rumah Memez

Comments are closed.