Senja di Amahami, Bima, NTB. Ini motret pakai hape looo
Satu mobil
Sembilan orang. Enam Dewasa dan Tiga Anak Kecil
Menempuh jarak 1.740 KM selama 67 jam
Melewati tiga perairan dan tiga pulau
Demi satu tujuan…
Lebaran di kampung halaman
Ketika menulis postingan ini, gue tengah berada di kampong halaman Miswa di Bima, Nusa Tenggara Barat. Sudah beristirahat dan sudah menghilangkan kelelahan yang dirasakan sekujur tubuh usai menempuh perjalanan 67 jam.
Hah? 67 jam? Pasti banyak dari kalian yang merasa kaget dengan realita perjalann mudik yang gue alami.
Capek? Pasti.
Lelah? Apalagi.
Tapi… semua terbayar ketika sampai di kampong halaman.
Jadi, gue mulai berangkat dari Bekasi, rumah mertua di hari sabtu jam enam pagi. Langsung masuk tol dan baru merasakan macet di keluar tol Cipali. Macet selanjutnya baru dialami di pekalongan, Pemalang, Batang, itu juga ngga seberapa sih.
Selebihnya, sampai Banyuwangi, nyebrang ke Bali, lanjut Mataram sampai Sumbawa kemudian Bima lancar blassss….
Iya sih gue mudik masih agak jauh dari Lebaran, tapi kalo kalian kampungnya jauh kayak suami gue juga pasti mendingan mudik jauh-jauh hari.
So far sih, selama perjalanan 67 jam nyaman-nyaman aja. Walau di mobil ada dua anak kecil yang energinya ngga habis-habis dan bikin ketawa sepanjang perjalanan.
Pemandangan saat menyeberang dari Mataram ke Sumbawa
Ngga terhitung berapa resto, pom bensin sampai rest area yang kita lewati. Gue mencatat dua kali numpang mandi. Yang pertama di resto Kencur di Probolinggo di hari kedua, yang kedua di pemandian Narmada di Lombok di hari ketiga. Kamar mandinya tentu nyaman dan bersih, apalagi gue jijikan orangnya. Gue sih mendingan menahan pingin buang air ketimbang harus buang air di toilet yang jorok.
Pemandian Narmada, Lombok NTB. Airnya bersih dan dingin….
Kebanyakan teman-teman gue terperangah, apa sih yang bikin gue dan keluarga Miswa nekat sampai melalui perjalanan 67 jam demi mudik. Kerinduan akan berlebaran di kampong halaman tentu saja jadi alasan pertama. Sebenarnya ada hal lain, misalnya :
- Hemat. Iyalah hemat banget. Dari JKT-Bima bensinnya hanya 1.150 ribu, sementara biaya penyeberangannya dari Ketapang-Gilimanuk 147ribu, Padang Bay-Lembar 879ribu, Kayangan – Potoano 400ribuan. Total sekali jalan sekitar 2,5 jutaan lah. Kalau PP 5jutaan. Kalau naik pesawat sih, budget satu orang aja ngga cukup itu.
- Petualangan dan Silaturahmi. Karena banyak kota yang dilewati, mertua dan gue biasanya memanfaatkan waktu untuk silaturahmi ke teman dan saudara di kota yang kita lewati. Makanya, ngga bisa dong kalau naik pesawat.
- Petualangan Lidah alias wisata kuliner. Karena naik mobil dan melewati banyak kota, kita jadi bisa mencicipi kuliner khasnya. Kalau di pekalongan sempat makan Tauto, di Sumbawa makan ayam taliwang dong. Aihhh sedap banget deh….
- Mengakrabkan Hubungan. Mungkin selama ini gue, miswa sama mertua jarang ketemu. Kesempatan ini kita manfaatkan benar-benar deh untuk ngobrol banyak hal. Mulai dari kenangan masa lalu sampai cita-cita yang belum terwujud.
Nah banyak kan manfaatnya??? Sekarang gue mau bagi tips bagaimana melalui perjalanan 67 jam dengan nyaman.
- Kalau lewat tol Cipali siapin uang pas buat bayar tolnya, sekitar 72 ribu. Tahu ngga sih kalau kemacetan di gerbang tol Cipali ini salah satunya karena antrean bayar. Kalau pakai uang pas lebih cepat bukan.
- Siapin camilan, air mineral dan batre hape yang cukup. Pantau terus twitter, atau aplikasi seperti waze untuk tahu di mana saja terjadi kemacetan.
- Karena perjalanan jauh, otomatis banyak barang tersimpan di koper yang disimpan di bagasi atas. Karena itu gue menyiapkan travel organizer yang isinya peralatan mandi, beberapa pakaian dalam dan dua baju ganti.
- Jangan mengeluh, jangan jadi pemarah, nikmati saja sepanjang perjalanan. Inget ya…banyak orang yang ngga berunntung dan ngga bisa mudik. Maka, syukurilah karena lo bisa mudik. Kalau ngga mau macet dan sebagainya, mudik aja pakai helicopter 🙂
Dua hari di Bima tentu gue merasakan banyak hal menyenangkan. Mulai dari pasar yang murah sampai wisata kuliner, Tapi nanti aja gue ceritain di postingan lain. Nah, kalau kalian gimana mudiknya? Cerita dong pengalaman tak terlupakannya :)))
Wuiiih, mantabh Mbak Memez bisa sampe 67 jam. Salut. Syukurlah sudah sampai ya. Have a great time over there Mbak 😀
Dani tengkyuuuu…mohon maaf lahir batin yaaa
selamat menikmati mudiknya mba memez, ada lelah yang terbayar ketika bisa berkumpul bersama keluarga 😀
Dian tengkyuuuu….maaf lahir batin yaaa
Padahal saya pengen ikut tuh kmrn, lumayan kan k bima gratis. Tapi sayang gak dtawarin. Hahaha.. Jd gmn mba Mez, lebaran thn dpn mau ber-67jam lagi kah?
Hahahahahah nyerah deh. kalo lebaran tahun depan mudik lagi, ngga akan ber67 jam lagi :)))
Seruu bangett deh mba Mez 😀 Meski kebayang pegelnya kek apa, tapi seru ya kalo rame2 😀
pegelnya ngga hilang-hilang selama seminggu :)))