Kesenian di Indonesia sedang menggeliat. Setelah Onrop, Laskar pelangi, Ali Topan, sejak 27 Des 2011- 1 Januari 2012 di Bandung sedang dipentaskan Musikal Lutung Kasarung. Menonton pertunjukan ini, gue melihat perubahan kualitas aktingnya Laudya Chintya Bella menjadi makin matang.
Rabu, 28 Desember kemarin, gue, Uky+Pipin menonton pertunjukan drama musikal Lutung Kasarung di Sabuga Bandung. Pertunjukan dalam sehari ada yang digelar dua kali, jam 14.00 dan 19.30, jam dua kurang dikit gue sudah sampai di sabuga dan bersiap menikmati pertunjukan yang disebut sekelas dengan Broadway ini. Jam 2 teng, layar dibentangkan, musik pun dimainkan. Sayang, masih ada saja penonton yang berlalu lalang dan ribut mencari kursinya. Gue yang duduk di VIP V1 melihatnya jadi terganggu, apalagi penempatan kursi di Sabuga ngga seperti di GKJ, Teather Jakarta atau GBB TIM, di sabuga bentuknya melengkung jadi tidak fokus semua ke depan panggung, hingga pihak penyelenggara menyediakan screen atau layar untuk penonton yang kebagian di sisi kiri kanan panggung.
Secara kualitas akting dan suara para pemainnya gue acungin dua jempol, untuk kostumnya tiga jempol -so far menurut gue yang perfecto itu Matah Ati- pemainnya suaranya bening banget, tariannya juga oke. Ya ngga sia-sia lah, Didi Petet sebagai sutradara menggodok mereka sejak enam bulan lalu. Di Musikal Lutung Kasarung ini, Laudya Chintya Bella juga berperan sebagai bidadari, dan gue melihat peningkatan kualitas aktingnya. Berakting di tivi, layar lebar jelas berbeda dengan di drama musikal. Disini, selain harus bisa berakting juga bernyanyi secara live. Dan gue melihat kemajuan pesat dari Bella, ya secara gue mengikuti perjalanan kariernya sejak film Virgin. Chicco Jericho, kekasih Bella juga ikut berperan disini, sebagai Guruminda alias Lutung Kasarung yang telah berubah menjadi pangeran dari istana Langit. Meski tidak kebagian dialog yang cukup panjang, penampilan Chicco bisa dibilang lumayan. Makanya ngga heran ketika penonton langsung memberikan applause meriah. Yang gue salut adalah pemeran Purbasari dan Purbararang, suaranya itu loh… bening bener. makanya gue bisa bilang, bahwa Musikal Lutung Kasarung ini bukan sekedar menjual Laudya Chintya Bella, walaupun di materi promosinya memang terlihat Bella menonjol, ya maklumlah karena dia kan yang paling terkenal. Dan yang paling juara adalah kostumnya, yang digarap oleh Deden Siswanto dan Kania Roesli -istri alm Harry Roesli- edun lah, keren pisan.
Untuk hal set, Lutung Kasarung memang belum bisa dibandingkan dengan Laskar pelangi, Matah Ati atau Ali Topan. Hanya mengandalkan big screen dan beberapa properti saja, dan yang bikin mengganggu adalah pergantian atau pemindahan propertinya tuh terlihat banget. Tapi, inisiatif pertunjukan ini patut diapresiasi.
Pertunjukannya sendiri terlalu lama menurut gue, babak pertama hampir satu jam setengah, jeda sekitar 10-15 menit kemudian babak kedua juga hampir satu jam setengah. Untungnya dialog-dialognya lumayan lucu dan mengocok perut. Gue suka adegan pas yang gosip gosip itu, lucu deh. Apalagi ada pria gemulai berbaju pink. Karakter yang mencuri perhatian alias ice breakernya adalah sepasang penjual bubur ayam, ini kocak banget. Apalagi yang perempuan pinter banget jaipongannya. Oiya, jelang babak kedua, gue telat masuk dan hanya boleh duduk di bawah -sebelumnya di VIP atas- agak ngga kelihatan sih.
Yang juga patut menjadi catatan penting adalah permainan lampu terlalu sering dan menyilaukan, memang sih bagus, tapi kalau pas bagian kesorot, ampun deh pedes mata. Dan lagi di ending pertunjukan pemanggilan orang yang terlibat di acara ini -kalau di tv sih credit title- maaf gue ngga ngerti istilahnya apa, terlalu panjang. Memang sih, hal ini sebagai sebuah penghargaan atas hasil kerja keras mereka. Tapi, kalau dari skala satu sampai sepuluh, gue menilainya tujuh koma lima deh.
Saat jeda pertunjukan, ada beberapa booth yang menjual makanan, minuman dan kerajinan tangan. Gue beli Chocodot -eh ada coklat anti galau, coklat Sesuwatu banget-sama Coklat Emergency- sama ada booth yang jual jajanan jadul. Favorit gue sih Chocodot -sampai beli empat dus- dan teh WALINI. Pas gue ganti profile picture di BBM dengan foto ini, banyak yang komentar, kapan ya pertunjukan ini bisa dibawa ke Jakarta? mari kita tanya kepada Dede Yusuf sebagai penggagasnya. Anyway, selamat atas kerja keras seluruh tim Musikal Lutung Kasarung.
halo…
Saya suka tulisan anda. Sebagai orang yang turut terlibat dalam produksi ini, opini seperti ini lah yang kami butuhkan; tidak mencerca juga tidak memuja. Pujian yang berlebihan hanya akan berbuah stagnan, cercaan akan dibalas bela diri.
Dan untungnya, kami masih ada kesempatan memperbaikinya, karena masih ada sisa 5 pertunjukan lagi. Tapi itu tentu saja kalau pihak yang ‘berkuasa’ mendengar hal ini.
Saya sendiri tidak termasuk dalam lingkaran itu, tapi kritikan anda saya pastikan akan nyampai ke telinga mereka.
Terima kasih
Tapi salut dengan inisiatif dari pertunjukan ini 🙂