Tahun ini adalah tahun kesebelas saya bekerja di sebuah stasiun tv. Kalau ditanya bagaimana ceritanya, tentu banyak banget…. dan lebih banyak senangnya. Yup, bekerja menjadi wartawan adalah cita-cita saya sejak kecil. Makanya, segala resiko ketika bekerja di tv sudah sangat saya pahami benar.
Ketika Mewawancarai Pengacara Tengku Fakhry, abaikan wajah saya yang pipi semua 🙂
Saat ini saya bertanggung jawab sebagai Produser sebuah acara hard news talk show yang tayang setiap pagi. Tapi, kalau ditanya, saya sangat sangat menikmati peran dan tanggung jawab saya ketika menjadi reporter, ketika memulai bekerja di tv. Apa pasal? Karena pengalamannya banyak banget. Berbeda ketika menjadi Produser saya kebanyakan berada di kantor, saat menjalani peran sebagai Reporter, nyaris seratus persen waktu saya dihabiskan di lapangan untuk meliput. Nah, ketika menjadi reporter ini, saya banyak menerima pertanyaan atau anggapan yang salah, yang beberapa kali bikin sebel untuk dijawab. Apa saja itu???
1. Sering Ketemu Artis Dong…
Pernyataan yang sering banget saya dengar dari orang ketika tahu saya bekerja sebagai Reporter tv adalah anggapan bahwa saya sering bertemu artis, sebutan umum bagi aktor, aktris, musisi, atau bahkan selebriti biasa. Guys… menjadi reporter tv itu ngga melulu ditugaskan di desk entertainment. Ada desk Politik, Ekonomi bahkan Kriminal, yang mana kemungkinan bertemu artis mustahil banget (kecuali artis yang terlibat kasus hukum ya)
Saya pernah ditugaskan di program Infotainment lebih dari lima tahun, yang membuat saya selalu mewawancarai artis, selebriti setiap hari. Rasanya bagaimana? Biasa aja deh. Bahkan cenderung sudah mati rasa dan menganggap mereka tetap manusia biasa. Seingat saya, satu-satunya public figure yang bikin saya pingin banget foto bareng adalah…. Ariel Noah. Kenapa? Dia misterius banget 🙂
Foto bersama Tante Titiek Puspa, Seniman Multitalenta idola saya….
2. Ngga Pernah Libur Ya???
Kami yang bekerja di televisi juga manusia biasa, bukan manusia super yang tenaganya selalu tersedia. Maka kami juga butuh istirahat. Di kantor saya, pembagian liburnya adalah 5 : 2. Berarti lima hari bekerja dan dua hari libur. Kalau dulu zaman liputan Infotainment, nyaris tak mengenal jam kerja. Kalau idealnya delapan jam kerja, kalau di desk Infotainment, kalau belum dapat wawancara artis yang diburu…. ya belum bisa pulang 🙂
Ungkapan tak pernah libur ada benarnya juga sih, tapi biasanya terjadi di tanggal merah atau di hari-hari besar seperti Idul Fitri atau Tahun Baru. Ketika bekerja menjadi wartawan, tanggal merah itu ngga ada artinya, ngga libur 🙂 kecuali tangga merahnya jatuh di hari waktunya libur. Trus, soal libur di hari raya seperti Lebaran kayak ketiban durian jatuh, alias dapat rezeki banget. Seingat saya, selama sebelas tahun lebih bekerja di stasiun tv, saya baru tiga kali merasakan liburan Lebaran bersama keluarga. Dua kali karena saya ditugaskan di program lain, satu kali karena memang pas lebaran adalah hari libur saya. Sedih? Sudah biasa…. Momen yang paling menyedihkan hanya ketika sholat Ied bersama keluarga dan bermaaf-maafan setelahnya, sementara saya masih tetap bekerja.
3. Kok Ngga Kelihatan Di TV?
Kalau saya ditanya hal ini, biasanya dengan singkat saya akan menjawab, “tvnya ngga muat” atau justru ” Nanti kalau kelihatan, tv isinya pipi saya semua dong,” Jadi, begini ya…. ngga semua paket berita memunculkan reporternya. Reporter akan muncul atau terlihat di televisi ketika berita berbentuk :
- LOT atau Live On Tape, dimana reporter tersebut merekam sebuah peristiwa atau kejadian di lokasi, tapi disiarkan kemudian.
- Live On Cam, dimana reporter melaporkan sebuah berita secara langsung di lokasi peristiwa. Tapi, tidak semua berita disiarkan secara langsung, tergantung nilai peristiwanya.
Ada kalanya reporter hanya sekedar meliput, dan hasil liputannya dibuat Paket berita atau VO (Voice Over) saja, dengan menyebutkan nama tim yang meliputnya di akhir berita.
4. Jalan-Jalan Melulu Dong….
Lebih dari delapan tahun jadi reporter, saya tidak memungkiri kalau beberapa kali dapat kesempatan untuk melakukan peliputan keluar kota atau keluar negeri. Tapi… yang harus dipahami adalah, keluar kota atau keluar negeri untuk meliput dengan jalan-jalan itu, sangat berbeda. Ketika pergi keluar kota atau ke luar negeri untuk meliput, rasanya tuh benar-benar capek dan harus fokus sama tugas.
Bertemu Tengku Fakhry, Empat hari menanti, wawancara tak sampai sepuluh menit saja….
Saya pernah ditugaskan meliput ke Malaysia, untuk mewawancarai Tengku Fakhry, yang pernah menikah dengan Manohara Odelia Pinot, selama empat hari saya dan tim liputan menunggui Pangeran dari Kelantan tersebut. Di hari terakhir, Tengku Fakhry baru bersedia diwawancarai, itu pun ngga lebih dari sepuluh menit saja 🙂 Ketika bekerja sebagai reporter, kata “sabar” harus menjadi nama tengah kita sepertinya….
5. Reporter Ngga Boleh Sakit Ya….
Ya ampun, reporter itu juga manusia biasa, yang bisa sakit juga. Selama menjadi reporter, saya dua kali sakit gejala Thypus. Tapi… tahu ngga sih penyakit yang biasanya diderita oleh reporter tv? Thypus dan Liver. Kurang waktu untuk istirahat serta pola hidup yang tidak sehat jadi penyebabnya. Maklum saja, tidak semua tempat liputan selalu bersih dan nyaman, pun dengan makanan yang tersedia di lokasi liputan.
Kalau untuk Thypus mungkin hanya istirahat dan minum obat yang tepat bisa segera pulih, tapi untuk penyakit Liver atau Hati, butuh waktu lama untuk penyembuhan. Buat yang belum tahu penyakit hati, ini dia gejala penyakit hati :
- Kelelahan
- Kurang Selera Makan
- Sakit Perut dan seringkali kembung
- Bagian putih mata menjadi kuning, yang kemudian juga terjadi di bagian kulit.
- Air kencing menjadi coklat, serta tinja menjadi berwarna seperti tanah liat.
Dari pengalaman saya melihat teman-teman di lapangan, biasanya penyebab penyakit hati adalah :
- Pola hidup yang tidak sehat, bekerja keras sampai tidak memperhatikan asupan makanan
- Mengkonsumsi alkohol
- Sering begadang, pasalnya ketika begadang adalah waktu dimana fungsi hati menjadi bekerja lebih keras
- Adanya infeksi virus atau bakteri
- Abai terhadap kebersihan alat-alat makan
- Penyakit hati menular melalui darah, keringat, hubungan seks dan air liur
Wow… segitu bahayanya ya? Iya banget. Makanya, sejak awal bekerja menjejakkan kaki sebagai wartawan, almarhum Mamah saya selalu mengingatkan saya untuk meminum vitamin atau jamu untuk menjaga kesehatan. Karena saya adalah orang yang enggan mengkonsumsi obat-obatan dan lebih nyaman mengkonsumsi segala sesuatu yang berasal dari jamu. Mamah pula yang memperkenalkan saya pada khasiat Temulawak yang berguna untuk menjaga kesehatan hati. Kalau dulu sih, repot banget ya… Temulawak diparut, kemudian dicampurkan dengan gula merah, jeruk nipis dan air panas baru bisa dikonsumsi. Lah… kalau misalnya di lapangan sedang meliput, ngga mungkin sempat untuk membuat minuman seperti ini…
Nah, baru beberapa waktu belakangan ini, di koperasi kantor, saya menemukan minuman Herbadrink Sari Temulawak, yang praktis banget ketika akan dikonsumsi. Cukup campurkan satu sachet Herbadrink sari Temulawak dengan 200 ml air panas atau air dingin, dan langsung dikonsumsi deh.
Karena saya lebih suka minum air dingin, saya tentu saja memilin mencampurkannya dengan air dingin dan ditambah es, dicampur di tumbler Herbadrink yang saya peroleh ketika membeli dua kotak Herbadrink Sari Temulawak. Nikmat rasanya… Pengalaman meminum jamu, tidak pernah seenak dan sepraktis ini…
Herbadrink, produk minuman Jamu yang diproduksi oleh Konimex, sebenarnya memiliki banyak varian, seperti Chrysanthemum, Beras Kencur, Sari jahe, Kopi Ginseng, Kunyit Asam dan Kunyit Asam Sirih Plus Madu, yang tentunya memiliki manfaat beragam. Nah, Herbadrink Sari Temulawak ini berkhasiat membantu memelihara kesehatan hati.
Gegara saya rajin beli Herbadrink Sari Temulawak di koperasi kantor, beberapa teman bertanya dan ikutan beli karena ingin merasakan khasiatnya… Ya tentu saja ngga instant hasilnya. Minum jamu itu tidak seperti makan cabe, ketika digigit langsung terasa pedasnya. Butuh waktu untuk membuktikan khasiatnya. Lagian, tidak ada salahnya mengkonsumsi Herbadrink yang dibuat berdasarkan resep tradisional Indonesia dan diproses melalui teknologi modern, dan yang terpenting sudah lolos uji kualitas tentunya.
Menjalani pekerjaan sebagai Reporter tv adalah salah satu pengalaman berharga dalam kehidupan saya, karena ceritanya banyak banget dan sangat berkesan. Nah, itu cerita saya tentang anggapan salah yang sering saya terima ketika menjadi reporter tv. Kalau kamu punya kesan apa sih ketika melihat reporter tv? Cerita dong di sini….
Reporter di otak gw adalah profesi yg capeeeekkk bener.. Soale harus siap sedia anytime untuk memburu berita, pindah2 lokasi, di-PHP-in narasumber, dll, dsb.. Kayaknya cuma orang2 yg kuat mental dan fisik aja yg sanggup ngelakuin itu.. Salut sii buat yg pada tahan jadi reporter.. Kalo gw mah nggak sanggup kayaknya.. 😅😅😅