Rumah Memez

Cerita Memez

Karena Setiap Anak Berbeda…

Kalau ditanya apa sih hal yang benar-benar ngga bisa gue lakukan,

jawabannya cuma satu :

MENGGAMBAR!!!

Yesss… sejak kecil, sejak zaman masih sekolah gue lemah banget sama pelajaran menggambar. Bahkan, sampai seumur ini kalau sudah disuruh menggambar langsung pening kepala awak hahahahhaaa….

Celakanya, karena dulu dianggap murid berprestasi rajin gue pernah diikutkan lomba menggambar yang bikin gue panik dan deg-degan luar biasa.

Ketidakmampuan gue dalam hal menggambar sampai sekarang ini masih sangat amat terlihat. Karena tidak bisa menggambar, gue sadar diri dan berusaha menggali potensi yang lain, yaitu menulis. Yang terbukti benar sangat terpakai dalam profesi yang gue tekuni saat ini.

Karena sadar diri ngga bisa menggambar, kalau adik-adik gue dibeliin alat menggambar yang bagus, gue ngga merasa iri. Karena kemudian orangtua gue membelikan buku bacaan.

Kesadaran bahwa potensi setiap anak berbeda juga gue rasakan banget sama Bimo, adik bungsu gue. Sebagai anak tertua, gue tentu punya tanggung jawab sama kelangsungan pendidikannya. Apalagi ketika Mamah lebih dahulu berpulang. Nah, gue kemudian melihat Bimo ini bukan anak yang pandai dalam hal akademis.Ketertarikannya lebih kepada seni.

Gue pun pernah mengikutsertakan Bimo dalam tes akademik di Lembaga Psikologi Terapan di UI Salemba. Dan ternyata benar saja, Bimo dianjurkan untuk meneruskan pendidikannya di bidang seni atau hal yang berhubungan dengan pariwisata.

Gue kemudian memberinya masukan untuk kuliah di ISI Yogya, dia pun tertarik. Jurusan yang dipilihnya… Pedalangan. Sempat khawatir juga apa yang akan dilakukannya kelak, pekerjaan apa yang bisa dilakukannya nanti? Ah rasanya gue menjadi manusia yang tak sadar akan kebesaran sang Pencipta. Bukankah semua sudah ada rezekinya?

Gue mantap, dia mantap, Bokap gue pun mantap. Sebelum mengikuti test masuk, gue mengikutsertakan Bimo kursus privat dalang di sanggar Redi Waluyo. Karena hanya sempat dua kali pertemuan, minimal Bimo mengerti dasarnya.  Gue juga mengajaknya untuk mengunjungi Museum Wayang di Kota Tua. Eh… pas diterangkan sama guidenya, ternyata Bimo sudah mengerti beberapa lakon wayang. #BanggaSaya

Singkat cerita, Bimo kemudian diterima di Jurusan Pedalangan ISI Yogya. Nah, sebagai mahasiswa baru dia diwajibkan bikin pementasan perdana. Dasar anak laki-laki ya, -yang cenderung cuek-  dia tidak meminta gue, bokap atau kakak-kakaknya yang lain untuk datang. Bahkan, fotonya pun ngga diunggah ke akun sosmednya.

Gue kemudian menemukan foto ini di akun sosmed temannya

bimoIya… adik gue yang pojok kiri, paling besar sendiri. Dia berperan sebagai Bagong.

bimo2

Foto ini bikin gue terus terang merasa bangga dan terharu. Adik kecil berbadan besar ini memilih sendiri jalan hidupnya, dan gue terus menerus mengingatkannya untuk bertanggung jawab sama pilihannya. Sejauh ini sih masih on the track, dan mudah-mudahan seterusnya seperti itu… Tugas gue tentu tinggal banyak berdoa dan tentu saja bekerja keras untuk kelangsungan pendidikannya.

Karena setiap anak punya potensi berbeda… kamu setuju ngga? Punya pengalaman serupa? Cerita dong….

 

 

 

15 Comments Karena Setiap Anak Berbeda…

  1. @danirachmat

    Merinding terharu Mbak Memez. Saya belom punya pengalaman begitu euy. Huhuhu. Sayah kagum sama adeknya Mbak Memez! Saksyes terus ya! 🙂

  2. Irawati Hamid

    setuju banget mak, setiap anak punya potensi berbeda 🙂

    tapi kok kita bisa sama yah mak?? sampe umurku udah sedewasa ini tapi kalo disuruh menggambar saya paling gak bisa 🙁
    kadang suka sedih, kalo anaksaya minta digambarkan sesuatu dan saya tidak bisa melakukan seperti apa yang diinginkannya 🙁 (ih kok jadi tjurhat sih)

    semoga adik mbak memez bisa terus istiqomah dengan pilihannya yah, amin..

  3. indah nuria Savitri

    salut dengan adikmu mbaa…dia tau apa yang dia suka and that’s good! When you do things with your heart, insya Allah hasilnya pun akan baik..turut bangga mba..

  4. Pypy

    Sukses terus buat Bimo 😀 Py pas liat yg postingan mba Mez waktu itu baru tau lho kalau kuliah jurusan perdalangan. Berarti seni Indonesia masih punya masa depan ya 🙂

Comments are closed.