Gegara harus menghadiri resepsi pernikahan salah satu sahabatnya Miswa, akhir pekan lalu -24 dan 25 mei 2014- saya dan Miswa mengunjungi Purwokerto. Sebenarnya, sudah sejak lama saya ingin berkunjung ke sini, tapi baru kesampaian sekarang. Meski hanya dua hari satu malam di Purwokerto, saya dan Miswa benar-benar menikmatinya. Selain memperoleh pelajaran untuk terus bersyukur, saya dibuat kaget dengan harga-harga makanan di sini.
Tadinya sih, pingin praktis dan efisien dengan naik kereta api, tapi karena Papah saya ingin mengunjungi Omnya yang juga tinggal di Purwokerto, maka saya, miswa, papah dan sepupu papah, pergi berempat dengan menaiki mobil saya yang super mungil itu. Dari Jakarta jam 10 malam, sampai Purwokerto baru pukul delapan pagi, karena kami sering berhenti untuk sekedar beristirahat dan sholat.
Jam delapan pagi di hari sabtu, ternyata degup kehidupan di Purwokerto belum sepenuhnya dimulai. Toko-toko masih banyak yang tutup, pun dengan penjual makanan. Niat awalnya sih pingin sarapan sroto di jalan Bank, akhirnya geser di jalan Mesjid. Jadilah kami menyantap soto ayam Pak No untuk sarapan. Berbeda dengan soto Pak No yang biasa saya santap di Banyumanik Semarang, Pak No ini sih kurang sedap menurut saya. Keinginan saya dan Miswa untuk menyantap sroto baru terlaksana esok harinya di sroto haji Loso, jalan Bank Asli -entah kenapa menyebut kata ASLI- Menurut Miswa sih porsinya kurang banyak -alasan si gembul ini- selain sroto, saya menyempatkan untuk mencicipi es duren dan kopyornya yang enak. Satu porsi srotonya 11 ribu,es durennya sekitar 17ribu dan es kopyornya 15ribu.
Karena Miswa kurang kenyang setelah menyantap semangkuk sroto ini, pergilah kami ke Bakso Pekih yang tak jauh dari jalan Bank ini. Sampai di lokasi, ampun dijeehhhh, penuhnya luar biasa. Parkiran mobilnya sampai mengular. Oiya, kalau makan bakso di jalan Pekih ini harus rajin-rajin nanya sama mas-mas yang melayani, karena terlalu banyak yang beli, mereka kadang lupa sama pesanan kita. Seporsi bakso Pekih ini harganya 12.500 rupiah, dan baksonya enak bgts. Tetelannya bukan lemak, tapi tulang muda dan daging.
Di warung bakso Pekih ini ada pemandangan mengharukan, seorang nenek yang sudah begitu renta hingga jalannya saja menggunakan tongkat, dengan penuh semangat menjajakan ketan pencok khas Bumiayu. Karena doyan dan juga kasihan saya membeli beberapa bungkus. Sedih kalau lihat perempuan setua ini masih mencari nafkah… walau saya salut dengan semangatnya. Ketika saya ceritakan hal ini kepada seorang Om yang tinggal di Bumiayu, ternyata Nenek ini memang tinggal di Bumiayu dan setiap hari berjualan di Purwokerto yang jaraknya hampir satu jam dengan bus. Duh, saya jadi pingin mewek kalau ingat ini, dan merasa malu karena saya seringkali cengeng menghadapi rutinitas saat hendak bekerja. Sebuah pelajaran untuk bersyukur lagi-lagi saya dapatkan dari kegigihan Nenek ini mencari uang.
Surga Kuliner di Purwokerto
Salah satu lokasi yang menjadi titik penting kuliner di Puwokerto adalah di depan GOR Satria. Berbagai macam makanan tersedia disini. Untuk makan siang, saya mencoba makanan di Kampung Ayam Mas Agus. Ouwww….. harganya bikin kaget sodara-sodara, seporsi ayam goreng kremes dengan nasi hanya delapan ribu rupiah, sementara untuk ayam cabe ijo dengan nasi hanya 11 ribu rupiah. Total dengan tempe kemul, tumis toge ikan asin dan minum, hanya sekitar 55ribu rupiah. Murah? iya banget, tapi ngga murahan.
Selain kampung Ayam Mas Agus, di depan GOR Satria ini juga terdapat penjual es duren yang begitu tersohor. Saya sih memesan es duren kopyor (21rb) dan Miswa memesan es kopyor (17ribu) Rasanya? juara banget. Karena nikmatnya, saya sampai bilang kalau saat menyantap es duren ini bikin lupa cicilan di akhir bulan 🙂
BATURRADEN
Mengunjungi Purwokerto tak lengkap rasanya tanpa menginjakkan kaki di Baturraden. Lokasi wisata yang terletak di kaki gunung Slamet ini memang punya pesona yang begitu luar biasa. Setelah membayar tiket masuk seharga delapan ribu rupiah, saya dan Miswa langsung terkagum-kagum dengan kebersihan dan kenyamanan di sini. Udara yang sejuk membuat saya sih merasa betah walau sekedar duduk-duduk saja. Karena cuaca agak mendung, saya mengurungkan niat untuk berkeliling Baturraden. Sebagai gantinya, Miswa mengajak saya menyaksikan teater alam di sebuah pesawat yang disulap menjadi bioskop. Pesawat yang disulap menjadi sebuah bioskop ini baru beroperasi sejak tiga tahun lalu. Awalanya sih milik Merpati yang dioperasikan oleh sebuah perusahaan swasta. Saat itu, saya, miswa dan dua orang lainnya menyaksikan film tsunami yang diputar dari sebuah layar berukuran 1×1 meter. Selama hampir sepuluh menit, kami disuguhi film dokumenter dari tsunami Aceh dengan narasi dan narator yang dibawah standar. Apalagi dengan layar dan penerangan yang kurang memadai, gambar yang disuguhkan malah tak jelas terlihat. Tapi, bagaimanapun ide membuat teater di sebuah pesawat adalah ide yang bagus. Oiya, untuk menonton film disini dikenakan biaya lima ribu rupiah.
Makan Malam Romantis Nan Murah Meriah
Karena mendung dan cuaca begitu berkabut, jam lima sore miswa mengajak kembali ke Purwokerto. Namun, baru beberapa kilometer dari Baturraden, saya tertarik melihat resto Red Chili. Kami pun memutuskan untuk menikmati sore dengan mengudap kopi atau minuman hangat lainnya. Resto ini ternyata baru buka seminggu dan masih satu grup dengan restoran Daun Kemangi yang tak jauh dari sini. Pemandangan di dalam resto sungguh menyejukkan mata. Dan, kalau malam berubah jadi begitu romantis.
Pertamanya sih saya dan Miswa maunya ngemil-ngemil aja. Tadinya pesan banana fritter, roti goreng ice cream, juga kopi dan avocado float. Rasanya enak-enak banget deh.
Karena maghrib keburu datang, Miswa akhirnya mengusulkan untuk sekalian makan malam disini, karena kalau sudah sampai hotel malas untuk keluar dan cari makanan. Saya pun pesan beberapa menu, mulai dari sup jagung kepiting, tumis brokoli, ayam sari pandan sampai udang telur asin. Sumpedeh, semuanya enak dan terasa banget kalau bahan-bahan yang digunakan segar banget. Brokolinya aja berasa baru dipetik deh :))
Suasana yang temaram dan udara begitu sejuk bikin saya dan Miswa betah disini. Tapi, karena kekenyangan dan lelah, kami kembali ke hotel. Nah, pas mau bayar kaget deh. Untuk cemilan dan semua makanan ini hanya menghabiskan 146 ribu rupiah, ngga pakai pajak-pajak lagi. Jadi tambah cinta deh sama Purwokerto kalau begini :)))
Saat hendak meninggalkan resto ini, kasirnya bertanya tentang masukan kami, saya sih menjawab peralatan makannya sebaiknya jangan yang melamin. Belakangan, saya lupa memberitahu kalau musholanya kurang nyaman, karena hanya beralaskan karpet tipis dan hanya ada sebuah sajadah saja.
Pengantin Baru
Cerita makanan melulu ya, cerita pengantinnya belum. Jadi, pengantin cowoknya ini adalah Abi, dulu partnernya Miswa di kantornya. Nah, setelah resign, Abi kembali ke kota kelahirannya dan mengembangkan bisnis pisang molen dan roti, Kaia Sari. Rasanya enak banget -ini beneran- dan ngga manis banget. Hebatnya, setiap hari Abi bisa menjual hingga 1000 pcs roti dan juga pisang molennya. Kini, bersama istrinya, Abi mengembangkan bisnis butik busana muslim. Salut deh sama mereka berdua, masih muda sudah berpikir untuk tidak menjadi karyawan -hiks hiks akyu maluuu–Momen sungkemannya bikin terharu, bikin saya ingat dengan almarhum Mamah :(((
Balik dari Purwokerto menuju Jakarta, saya naik kereta Sawunggalih malam. Walau kelas bisnis, kurang nyaman menurut saya. Karena banyak orang yang tidur diantara kursi dan di kolong kursi. Tapi, setidaknya perjalanan ini cukup berkesan buat saya dan Miswa.
Selama di Purwokerto saya menginap di hotel Atrium. Walau bukan bintang lima, tapi pelayanannya cukup memuaskan. Apalagi, harganya sangat terjangkau dan fasilitasnya cukup lengkap. Usai check out, saya dan Miswa sempat kembali ke hotel karena Miswa tak sengaja meninggalkan jas di kamar. Dan hebatnya, resepsionisnya tetap mengenali kami :)))
Karena mobil saya dipakai Papah yang meneruskan perjalanan ke Bumiayu, saya pun menyewa mobil New Avanza seharga 400ribu rupiah di ARBI rental mobil & motor. (0281 7904222 -rental mobil- 0281 7601677-rental motor-)
Pengalaman singkat ke Purwokerto ini bikin saya ketagihan. Lain kali, saya sudah janjian untuk “menculik” Yuyun, kawan lama yang tinggal di Purwokerto dan salah satu adminnya wisataseru. Jadi, ke Purwokerto? Jangan takut bangkrut ya.
Duh, ini salah banget deh bacanya pas jam mau makan siang begini…
Aku kan jadi tergiur sama poto2 makanan yang ada disini mba…hihihi…
Seru yah mba kalo bisa makan enak dan puas tapi harganya terjangkau 🙂
Hahahahaaa…. beneran puas makan dan harganya ngga bikin kantong bolong :)))
Wah, jadi kangen ke purwokerto lagi..dulu saya kuliah di purwokerto Mba..Salam kenal
Hai, salam kenal ya… Purwokerto memang juara deh. Terima kasih sudah mampir ya :))
duh, kenapa waktu saya ke gombong gak wiskul kyk gini, ya? Pdhl gombong-purwokerto kyknya gak jauh2 amat
Yukkkk ke Purwokerto lagi, aku malah belum pernah ke Gombong. Jadi pingin ke sana….
Wahh ide seru nih, selama ini cuma numpang lewat doang di Purwokerto 😀
Yuk mampir, murah meriah hore kok di Purwokerto :))
Udeh liat nih Mez tapi belon dibaca ahaayyyyy. Ntar pas sempet baca deh
Whuuaaa…mba memez dari Purwokerto, gak kabar2i siiyh.. *sokkenaldeeh*
Kapan2 kalo ke Purwokerto lagi kopdar duuuwnk mbak memez, masa cuma say hellow di IG ajaa, heehehehe…
Salam kenal dari warga purwokerto..
Hai Jeng, maaf kemarin aku lupa colek dirimu di IG hehehehhe next time yaaa kalau ke Purwokerto lagi.
wah de belum pernah nih wiskul di purwokerto.
kapan2 kalo ke surabaya bawa mobil lagi, mampir semalem lucuk juga kali yah
Yukkk mampir Mba De, dijamin ngga menyesal deh…
Nyruput es duren bikin lupa ama cicilan. Wkkk bisa banget mb memez
Emg kuliner di pwt murmer2 bgt, uda gitu kotanya bersih bgt lg
Hai Mba, nemu blog ini pas browsing tentang rental motor di purwokerto, rencananya mau ke sana weekend ini. Wah, ngebantu banget ceritanya :).Terima kasih ya. Eh ternyata, Mba KEB juga, hihihi, salam kenal ya Mbaa :).
haiii terima kasih sudah mampir 🙂 Iya KEB juga… :))
Waaaah… Asyiiiik bangeeet Purwokerto yaaa mak.. Kulinernya okeee, wisatanya jugaaa banyaaaaak :).. Looks like a great spot to visit. Ketemu Pungky nggaaa hehehehr
Bisa jadi referensi nih, thx buat postingnya ya…
pengen nyoba kuliner srotonya 🙂
Yuk dicoba, enak pastinyaaa…
terima kasih infonya.. jadi mau menjelajahi daerah purwokerto ni..
Uhm
Salah ini orang…???
Nih gw asli orang Purwokerto,,, masih banyak makanan enak di Purwokerto selain yg disebutkan diatas… Bakso Pekih masih jauh rasanya sama Bakso Jln.Pramuka (bakso pekih rasanya asiiiiiin), Trus Soto pak Roso yg di jalan Bank… ga ada apa2 nya sama sama SOTO LAMA dab SOTO KECIK SOKARAJA.
Satu lagi ane kasih tau, Warung makan yg enak murah muriah.. Itu cuma Warung SORJEM alias NGISOR JEMBATAN (bawah Jembatan) di depan Stasiun Kereta Api PURWOKERTO.. cuma siap2 antri ya,,, bayangin aja buka jam 18.00 jam 21.00 HABIS saking ramainya.. itu tiap hari looh???
Terima kasih infonya ya…
ini kan pengalaman saya. dan menurut saya selera tiap orang kan berbeda 🙂