Rumah Memez

Cerita Memez

Inspirasi Dari Sebuah Cobek

Tahu kan apa itu Cobek?

Iya… cobek itu alas dari batu untuk menghaluskan bumbu masakan.

Tapi… tahu ngga kalau sebuah cobek itu bisa mengubah hidup seseorang. Yang tadinya hanya menjadi Ibu Rumah Tangga, kemudian menjadi pengusaha rumah makan ternama.

Ngga percaya? Nih… saya mau cerita tentang perjalanan hidup seorang perempuan sukses gegara Cobek.

Perempuan asal Solo yang kini berusia 70 tahunan ini adalah penggemar rujak. Saat memulai kehidupan pernikahannya di Jakarta pada tahun 1980an, Swan berpikir keras bagaimana caranya bisa makan rujak setiap hari, tanpa mengeluarkan uang banyak. Saat itu, harga rujak tiga ratus perak per bungkus, sementara gaji suaminya hanya seratus ribu rupiah. Dia pun berhitung, kalau setiap hari makan rujak selama sebulan, berarti gaji suaminya dihabiskan sebanyak sembilan ribu rupiah, hanya untuk rujak saja.

Swan muda pun berinisiatif untuk menjual rujak. Dengan cobeknya, dia begitu percaya diri berjualan rujak. Usahanya pun terbilang inovatif. Di perumahan tempatnya tinggal, Swan menyebar brosur yang mempromosikan usahanya, tentu tak lupa mencantumkan nomor teleponnya. Layanan rujak yang dijualnya tak sebatas itu, Swan bahkan mengantar sendiri rujak ke pembelinya, dengan sepeda ontel yang dimilikinya. Usaha Swan pun tak sia-sia, saban hari minimal tiga puluh bungkus rujak buatannya terjual.

Masa gemilang yang dirasakan Swan Kumarga saat menjual rujak kemudian perlahan sirna saat musim hujan tiba. Jika dahulu rujak buatannya bisa laris minimal tiga puluh bungkus, di musim hujan hanya dua tiga bungkus saja. Swan pun mendapatkan ide untuk berjualan gado-gado. Dengan penuh percaya diri Ia menawarkan gado-gado buatannya ke pelanggannya. Strateginya pun berhasil, pelanggannya pun tertarik memesan gado-gado buatannya.

Sayang, bumbu gado-gado yang hanya diulek menggunakan cobek ternyata tidak enak. Pelanggannya mengeluh dan kecewa berat. Lalu… apakah Swan patah arang? Ohhh tentu tidak. Berbekal tabungan yang disisihkannya dari keuntungan berjualan rujak, Swan kemudian membeli alat penggiling kacang. Berkat alat penggiling kacang, bumbu gado-gado buatannya pun makin enak. dan lagi…perlahan pesanan rujak buatannya kembali diminati pelanggannya.

Cobek yang dimiliki Swan kemudian membuatnya berani untuk memulai usaha rumah makan, yang kemudian diberi nama Dapur Solo. Untuk menjamin orisinalitas masakannya, Swan bahkan sampai blusukan ke kampung-kampung demi menemukan resep terbaik.

Perlahan namun pasti, usaha rumah makan yang menyajikan makanan asli Solo ini menjelma menjadi bisnis yang menjanjikan. saat ini lima resto dan delapan outlet delivery miliknya tersebar di seluruh Jakarta.

Lantas, dengan kesuksesan yang telah ada dalam genggamannya, apakah Swan sudah merasa puas? Ohhh tentu tidak. Swan yang kini mulai mewariskan usahanya ke anak perempuan satu-satunya, selalu meluangkan waktu untuk berbagi pengalamannya ke siapapun, bahkan kepada anak-anak muda.

Kepada saya dan sejumlah -uhukkk- anak muda yang menghadiri acara Youth Talk Food Travel bersama Omar Niode Foundation di Dapur Solo miliknya di daerah Panglima Polim, Swan Kumarga berpesan agar anak-anak muda sekarang harus bisa dan mencintai masakan tradisional Indonesia yang begitu luar biasa.

Di acara itu, selain Swan Kumarga yang berbagi pengalaman, ada juga Ibu Amanda Niode, pendiriΒ  Omar Niode Foundation yang giat mempromosikan pentingnya kecintaan terhadap kuliner Indonesia. Tapi…yang paling saya suka nih, saya bertemu dengan Mba Ade @Misshotrodqueen dan Bang Rahung @Kokigadungan yang jago masak dan postingannya di Instagram selalu bikin ngiler.

dapoersolo3

Ketemu dua selebgram ini…wajib banget dong foto bareng, walau hasilnya kurang bagus tapi it’s oke lah :))))

dapoersolo2Dan tentunya foto bersama Tante Swan, setelah memenangkan games yang berhadiah merchandise dari Dapur Solo.

dapoersolooiyaa…. semua menu dan info harga Dapur Solo bisa dilihat di www.dapursolo.com

Yukkk ahhh ke sana, nasi liwet dan serabinya bikin kangen deh :))))

10 Comments Inspirasi Dari Sebuah Cobek

Comments are closed.