Rumah Memez

Petualangan Lidah

HoneyMoon Series – Medan to Danau Toba

Dalam rangka ulang tahun perkawinan keempat, saya dan Miswa jalan-jalan ke Medan. Beberapa bulan sebelumnya, kami dapat tiket promo Mandalaair/ Tiger Airways, 400ribuan PP, berdua dan sudah termasuk bagasi -iya ini memang murah benar- Karena, saya paling malas kalau kena delay pesawat, maka saya booking penerbangan pertama, alias jam 4.30.

Kebiasaan kami kalau dapat penerbangan pertama itu selalu ngga tidur, tapi karena sebelumnya ada agenda silaturahmi, saya sempat tertidur sebentar. Jam 2.30 akhirnya berangkat dari rumah dan satu jam kemudian sampai di Terminal 3 Bandara Sukarno Hatta.

Ribet koper, Bentor bikin olahraga jantung, Danau Toba itu Surga…

Karena Miswa mengisyaratkan jangan ribet bawa tas, kali ini saya bawa satu tas ransel yang ada rodanya, satu kopor kecil dan satu sling bag. Waktu pemeriksaan, koper kami sempat diminta untuk dibuka, gegara bawa air kangen yang saya bawakan untuk Noni, teman blogger di Medan. Thank God, petugasnya hanya mengecek saja. Beres check in dan bayar airport tax, sarapan dulu di Bakmi GM, yang malah mengecewakan. Nasgornya dingin + pangsit goreng yang saya banggakan benar juga dingin, sehingga jadinya alot.

Setengah jam duduk di Bakmi GM Terminal 3 bandara, petugas Mandala mulai memanggil. Salut deh sama Mandala manajemen baru ini, yang on time banget. Berangkat sesuai jadwal dan tiba di Medan sesuai jadwal.

Sesungguhnya ini kali ketiga saya ke Medan. Pertama saat liputan Ari Wibowo Cari Pembantu -Entah berapa tahun lalu- dan kedua saat transit menuju Aceh. Untuk ukuran kota besar, bandaranya kecil banget. Sambil merencanakan perjalanan selanjutnya, Miswa memutuskan minum kopi dan saya minum teh tarik -yang ngga enak dan kemanisan- Minum kopi+teh tarik+numpang charge BB,  harganya 14ribu aja.

 photo toba1_zpsdb91961a.jpg

Rencana selanjutnya adalah ke Danau Toba. Sebelumnya, Noni merekomendasikan beberapa taksi lengkap dengan nomor teleponnya. Tapi, berhubung Miswa bilang dia mengambil kendali perjalanan, ya saya manut saja. Pilihan Miswa adalah naik bus Sejahtera dari terminal Amplas.

Kita akhirnya keluar dari bandara Polonia dulu dengan… jalan kaki, dan ternyata pintu keluarnya dekat sekali. Dari bandara ke terminal Amplas naik bentor, tawar menawar kemudian setuju dengan tarif 25ribu. Naik bentor ternyata bikin saya deg-degan, angin pagi hari yang cukup kencang ditambah pengemudi bentornya yang sembarangan dan tipis banget jaraknya, bikin saya olahraga jantung pagi-pagi.

Pas turun dari bentor, pengemudinya kurangajar, minta tambah jadi 30ribu, tapi Miswa menolak karena menurutnya saat mengemudi bikin kita deg-degan. Lain cerita kalau dia bikin kita nyaman. Eh..dan kurangajarnya, dia menurunkan kita di flyover Amplas, ngga di terminal Amplas, akhirnya kita naik Bentor lagi sampai dalamnya terminal Amplas, tempat bus Sejahtera mangkal.

Pas lihat bus Sejahtera… ow ow…busnya yang siap berangkat adalah bus yang non AC. Bus yang pakai AC bisa 2-3 jam lagi berangkat. Sebagai orang yang sebenarnya ngga ribet soal transportasi, hal yang bikin saya kesal kalau naik bus non AC adalah adanya perokok yang ngga toleransi. Tapi, ketimbang menunggu lama akhirnya saya mengiyakan tawaran Miswa untuk naik bus Sejahtera non AC. kenapa pilihannya Sejahtera? Konon pengemudinya lebih sopan dan ngga ugal-ugalan menyetirnya. Dan terbukti sih. Dalam perjalanan selama lima jam, saya sampai menemukan kenikmatan tidur, alias tertidur sampai mendengkur dan menganga -kalau kata Miswa ini pertanda saya nyenyak banget tidurnya –

Bus Sejahtera yang kami naiki berhenti beberapa kali, ngga lama sih sekitar lima menit saja. Dan hampir lima jam perjalanan, akhirnya kami berhenti di Pelabuhan TigaRaja, tempat kapal Ferry bersandar untuk menyeberang ke Samosir. Penyeberangan dari TigaRaja ke Samosir berangkat satu jam sekali dengan tarif sepuluh ribu rupiah per orang. Saat kami naik Ferry, air sedang pasang sehingga gelombangnya terasa sekali. Saya yang sempat ke atas, akhirnya memilih duduk di bawah, yang saat itu sepi penumpang.

 photo toba2_zpsae6dc301.jpg

Saat di kapal, saya sempat mengobrol dengan turis dari Algeria yang bertanya tentang rekomendasi tempat menginap, kemudian juga tentang Bukit Lawang dan Tangkahan. Miswa yang pernah ke tempat itu kemudian memberi tips dan  trik kepada turis tersebut. Harusnya sih perjalanan ferry dari TigaRaja ke TukTuk itu setengah jam saja, tapi karena kapalnya mengantarkan tamu satu persatu sesuai dengan penginapannya,  jadi agak lama. Kalau naik kapal, pastikan memberi tahu ke ABKnya kemana hotel tempat menginap.

Saya dan Miswa menginap di Romlan TukTuk Guest House, kami booking Comfort Room selama dua malam. Satu malamnya…. 100 ribu rupiah saja -murah meriah tapi ngga murahan- kalau menginap semalam harganya beda, lebih mahal sedikit. Oiya, selama kami menginap tidak ada turis lokal, semua bule.  Satu sama lain seringkali menyapa.

 photo toba3_zpsa63de768.jpg

Walau tarifnya murah, kamar di Romlan TukTuk ini nyaman dan cukup bagus. Karena tarifnya tidak termasuk sarapan, jadi kami pesan makan di sini juga. Masakannya enak, menunya variatif dan harganya juara banget, alias muraaahhh!!!! Menu yang juara banget adaah Mie Instan dan Mie Gomaknya, enakkk banget. Saya dan Miswa makan siang – ngemil sore – makan malam – sarapan – makan malam dan sarapan lagi, dengan sewa kamar dua malam, hanya menghabiskan 560 ribu rupiah saja.

 photo toba6_zpsf34227e0.jpg
Makan sambil menikmati suasana di pinggir Danau Toba itu juara banget. Jadi pingin mengajak keluarga besar ke sini, dijamin ngga bikin bangkrut deh. Usai baca buku, browsing dan menikmati suasana, saya tidur ditemani suara deburan air. Danau Toba memang juara banget deh.

 photo toba5_zps7cca1e76.jpg

Sungguh, saya dan Miswa sangat beruntung bisa mengunjungi Danau Toba yang selama ini hanya  kami kenal lewat buku pelajaran saat SD dulu.

14 Comments HoneyMoon Series – Medan to Danau Toba

  1. Yeye

    4taon lalu gw ke Medan jg tp ga mampir ke Danau toba krn wkt nya sempit.

    Smoga gw bs ksana lg nih hehehe

  2. Pypy

    Wah, kapan yah bisa explore sumut dan ke danau toba. 😀 Seru perjalanannya, jadi gak sabar nunggu kisah selanjutnya.

  3. sondangrp

    salam kenal Memez. Ih aku bangga banget denger kamu puas di sana. Sama suami sering ngobrol, Danau Toba ini bagus banget tapi nggak bisa seterkenal Bali karena jiwa pelayanan orang orangnya haduh beda bangetlah sama jiwa melayani di daerah wisata lainnya. Hiks. Btw itu beneran murce ya, next time sama keluarga besar bakal jadiin referensi ah. Padahal banyak bule yg tinggal di situ malah gak digetok mahal ya.

    1. memez

      Salam kenal juga sondang, beneran deh ngga menyesal banget kok ke danau toba. Dan soal attitude aku malah merasa mereka better di ejumlah tempat yang aku datangi…

Comments are closed.