“Teh… Teteh-Teteh sama Aa, turun di sini dulu ya, mobilnya ngga kuat nanjak,” perintah Supir Angkot yang membawa saya dan teman-teman yang hendak menuju Kampung Budaya Sindang Barang. Terus terang, dalam hati saya sebel banget. Maklum, malam hari sebelumnya, saya kurang tidur karena Resky mendadak demam.Β Tapi, melihat teman-teman yang penuh semangat, saya buru-buru membuang rasa jengkel itu. Meski usai turun Angkot, saya harus menanjak di jalanan dengan kemiringan hampir sembilan puluh derajat.
Setelah melewati jalan menanjak dan berjalan sekitar 100 meter dari tempat turun Angkot tadi, akhirnya saya dan teman-teman yang mengikuti acara Telisik Kampung Budaya Sindang Barang ini, sampai di tempat tujuan. Alunan musik dari Angklung Gebrak yang dimainkan lima orang perempuan berusia senja, menyambut saya dan teman-teman. Saat melihat mereka, sungguh saya malu. Lima orang nenek tadi terlihat penuh semangat.Β Sambil memainkan Angklung, mereka menyanyikan lagu berjudul Kampung Budaya, sebagai penyambutan dengan penuh ketulusan.
Buat saya, menjejakkan kaki di Kampung Budaya Sindang Barang, Bogor ini sesungguhnya menjadi sebuah pengalaman yang selalu terkenang. Walau penuh penyesalan saya rasakan…